Pengalaman mengenal hijab
05.48
Assalamualaikum :)
Alhamdulillah berkesempatan kembali untuk menulis. Kali ini, aku ingin sharing mengenai pengalamanku mengenal arti berhijab :)
Well. Istilah hijab sendiri baru aku dengar ketika lulus SMA. Ketika istilah hijabers tidak asing di kepala. Tapi, bukan. Bukan jadi hijaber yang menjadi tujuanku.
Dulu, mamaku belum berhijab. Pertama kali melihat beliau berhijab pada saat ingin berangkat haji. Pada saat itu, aku masih duduk di sekolah dasar. Kelas dua kalau tidak salah. Saat itu aku hanya paham bahwa setiap orang yang hendak berhaji atau sudah haji wajib mengenakan jilbab kemana2, bukan hanya ketika sholat atau mengaji saja. Well, aku kecil bukanlah anak yang sering bertanya.
Seringnya menyimpulkan sendiri apa yang aku tau. Lalu mengonfirmasinya kemudian ( nanti anakku ngga boleh begini) :")
Setidaknya pengetahuan itu masih kuanggap benar, sampai pada akhirnya aku menemukan seorang Ibu2 yang telah berhaji dan menyandang panggilan "Hajjah" atau Hj di depan namanya, namun tidak menggunakan jilbab. Menemukan sesuatu yang tidak sejalan dengan pengetahuanku itu, aku pun bertanya.
"Mah, kenapa Ibunya Mbak ***** sudah berhaji tapi kok belum pake jilbab?"
Lupa jawaban persisnya sih. Tapi aku tau pertanyaanku belum sepenuhnya terjawab.
Di kelas 4, mulai muncul peraturan untuk mengenakan jilbab ketika bulan Ramadhan tiba. Kali itu lah aku mencoba memakai jilbab ke sekolah. Gamau lepas! Itulah yg aku rasa ketika mengenakan jilbab di pakaian sekolahku itu. Belum pernah aku melihat parasku sebaik itu :")
Kemudian aku mengenakan jilbab sepanjang hari ketika di sekolah. Aku percaya diri :)
Seorang teman akrabku di SD, tidak mengenakan jilbab. Kemudian aku bertanya. "Kok kamu ga pake jilbab sih?"
"Iya, muka aku gapantes kalo pake jilbab."
Hmm, kata orang, kalo pake jilbab itu bikin cantik. Tapi kok malah ada yg bilang gapantes yaa. Aku bergumam.
Ramadhan usai, kembali lagi ke Uti yang dulu, yg selalu diikat rambutnya ke sekolah.
"Kapan mau pake jilbab ti?" Seorang teman bertanya.
"Nanti-nanti aja, jilbabin aja dulu hatinya. Baru kepalanya. Hihi"
Entah dapat frasa darimana. Tapi aku yakin, itu bukan frasa yg aku buat sendiri. Melainkan, pernah mendengarnya sebelum itu. Tapi lupa dari mana dan dari siapa 😂
Kelas 5. Kelas 6. Teman2 sudah banyak yang pakai jilbab ke sekolah.
SD:
"Kapan mau pake jilbab ti?"
"Nanti aja pas SMP"
Begitu setrusnya sampai SMA 😂
Sampai pada suatu ketika. Aku diajak kakakku berjalan2 keliling Yogyakarta.
"Jalan-jalan yuk, Dek!"
"Yuk! Tapi aku pakai baju yg ini ya, Ses."
"Ya, tapi kamu ses pakain jilbab ya."
"Umm.. kan pake jilbabnya pas kuliah ses. Aku udh mantep kok. Aku udh kumpulin baju2 pjg."
"Ya, kl ga belajar dari sekarang, terus mau kapan lagi? Sini ses pakain jilbab ya."
"Bagus ya ses ternyata."
"Iyalah."
"Kenapa ga dr dulu aja ya pake jilbab. Segampang ini trnyata. Tinggal pakai jilbab paris, baju lengan panjang, celana jeans, jadi deh! Eh tapi, aku perlu ganti baju ga? Ini kan lengannya 7/8 ?"
"Udah ga apa2. Pakai jilbab itu gamesti kayak gitu kali (?)"
Sejak saat itu aku mulai membiasakan diri kemana2 pakai kerudung. Meskipun harus sempat lepas sewaktu kembali ke kampus dalam beberapa hari 😂😂
Kemudian mengenakannya kembali sampai saat ini.
Awal2 berjilbab yaa penampilanku gitu2 aja. Jilbab paris + atasan lengan panjang ( waktu itu bahan chiffon lg hits banget 😂) + celana jeans
Dulu aku memandangnya biasa aja. Toh yg penting autratku sudah tertutup. Ada perasaan aman disana. Karena bagian2 tubuhku tidak terlihat (langsung). Berbeda dgn ketika blm memakai kerudung. Rasanya lebih aman dan nyaman. Orang pun segan. Di Indonesia masih sering kita jumpai laki-laki yg suka melempar pandangan kemana2. Tak jarang kadang dibarengi dengan keisengan lainnya, misalnya seperti bersiul. Risih itu pasti. Tapi, kadang ga bisa sepenuhnya disalahkan. Karena, kadang kita juga "memancing" mereka berbuat seperti itu. Solusinya bagaimana? Ya saling menjaga. Kita sebagai wanita juga harus panda-pandai menjaga diri, salah satu langkah awalnya yaitu dengan berhijab :)
Alhamdulillah berkesempatan kembali untuk menulis. Kali ini, aku ingin sharing mengenai pengalamanku mengenal arti berhijab :)
Well. Istilah hijab sendiri baru aku dengar ketika lulus SMA. Ketika istilah hijabers tidak asing di kepala. Tapi, bukan. Bukan jadi hijaber yang menjadi tujuanku.
Seringnya menyimpulkan sendiri apa yang aku tau. Lalu mengonfirmasinya kemudian ( nanti anakku ngga boleh begini) :")
Setidaknya pengetahuan itu masih kuanggap benar, sampai pada akhirnya aku menemukan seorang Ibu2 yang telah berhaji dan menyandang panggilan "Hajjah" atau Hj di depan namanya, namun tidak menggunakan jilbab. Menemukan sesuatu yang tidak sejalan dengan pengetahuanku itu, aku pun bertanya.
"Mah, kenapa Ibunya Mbak ***** sudah berhaji tapi kok belum pake jilbab?"
Lupa jawaban persisnya sih. Tapi aku tau pertanyaanku belum sepenuhnya terjawab.
Di kelas 4, mulai muncul peraturan untuk mengenakan jilbab ketika bulan Ramadhan tiba. Kali itu lah aku mencoba memakai jilbab ke sekolah. Gamau lepas! Itulah yg aku rasa ketika mengenakan jilbab di pakaian sekolahku itu. Belum pernah aku melihat parasku sebaik itu :")
Kemudian aku mengenakan jilbab sepanjang hari ketika di sekolah. Aku percaya diri :)
Seorang teman akrabku di SD, tidak mengenakan jilbab. Kemudian aku bertanya. "Kok kamu ga pake jilbab sih?"
"Iya, muka aku gapantes kalo pake jilbab."
Hmm, kata orang, kalo pake jilbab itu bikin cantik. Tapi kok malah ada yg bilang gapantes yaa. Aku bergumam.
Ramadhan usai, kembali lagi ke Uti yang dulu, yg selalu diikat rambutnya ke sekolah.
"Kapan mau pake jilbab ti?" Seorang teman bertanya.
"Nanti-nanti aja, jilbabin aja dulu hatinya. Baru kepalanya. Hihi"
Entah dapat frasa darimana. Tapi aku yakin, itu bukan frasa yg aku buat sendiri. Melainkan, pernah mendengarnya sebelum itu. Tapi lupa dari mana dan dari siapa 😂
Kelas 5. Kelas 6. Teman2 sudah banyak yang pakai jilbab ke sekolah.
SD:
"Kapan mau pake jilbab ti?"
"Nanti aja pas SMP"
Begitu setrusnya sampai SMA 😂
Sampai pada suatu ketika. Aku diajak kakakku berjalan2 keliling Yogyakarta.
"Jalan-jalan yuk, Dek!"
"Yuk! Tapi aku pakai baju yg ini ya, Ses."
"Ya, tapi kamu ses pakain jilbab ya."
"Umm.. kan pake jilbabnya pas kuliah ses. Aku udh mantep kok. Aku udh kumpulin baju2 pjg."
"Ya, kl ga belajar dari sekarang, terus mau kapan lagi? Sini ses pakain jilbab ya."
"Bagus ya ses ternyata."
"Iyalah."
"Kenapa ga dr dulu aja ya pake jilbab. Segampang ini trnyata. Tinggal pakai jilbab paris, baju lengan panjang, celana jeans, jadi deh! Eh tapi, aku perlu ganti baju ga? Ini kan lengannya 7/8 ?"
"Udah ga apa2. Pakai jilbab itu gamesti kayak gitu kali (?)"
Sejak saat itu aku mulai membiasakan diri kemana2 pakai kerudung. Meskipun harus sempat lepas sewaktu kembali ke kampus dalam beberapa hari 😂😂
Kemudian mengenakannya kembali sampai saat ini.
Awal2 berjilbab yaa penampilanku gitu2 aja. Jilbab paris + atasan lengan panjang ( waktu itu bahan chiffon lg hits banget 😂) + celana jeans
Dulu aku memandangnya biasa aja. Toh yg penting autratku sudah tertutup. Ada perasaan aman disana. Karena bagian2 tubuhku tidak terlihat (langsung). Berbeda dgn ketika blm memakai kerudung. Rasanya lebih aman dan nyaman. Orang pun segan. Di Indonesia masih sering kita jumpai laki-laki yg suka melempar pandangan kemana2. Tak jarang kadang dibarengi dengan keisengan lainnya, misalnya seperti bersiul. Risih itu pasti. Tapi, kadang ga bisa sepenuhnya disalahkan. Karena, kadang kita juga "memancing" mereka berbuat seperti itu. Solusinya bagaimana? Ya saling menjaga. Kita sebagai wanita juga harus panda-pandai menjaga diri, salah satu langkah awalnya yaitu dengan berhijab :)
0 komentar