Waktu briefing Kelas Inspirasi, 3 Februari 2019 lalu, ada kata-kata yang aku ingat sampai sekarang pas kita semua mau bubar. Kurang lebih bunyinya begini:
" Karena matahari terbit dari timur, maka bangunlah Indonesia dari timur"
Sebuah kalimat yang simpel, tapi bermakna bagi aku pribadi. Why?
Ya, sesimpel, karena aku mau bantu pembangunan Indonesia Timur-lah, aku ada disini. Terlepas dari SPID (Surat Perjanjian Ikatan Dinas) dan SK (Surat Keputusan) yang udah jadi perantara takdirku mencari nafkah di Tanah Mandar ini, untuk saat ini.
Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu Hari Inspirasi, 9 Februari 2019. Kami bangun pagi dengan keadaan yang alhamdulillah tetap nyaman meskipun menginap di sekolah, beralaskan selembar karpet (hasil hibah dari tim laki-laki yang sebagian memilih untuk tidur di tenda he he). Bangun sebelum subuh dan cusss ke rumah warga hehe. Sebenernya, agak horor juga sih keluar jam segitu, secara mash gelap gulita, dan kami cuma bawa HP buat senter. Gonggongan anjing everywhere, pokoknya insecure lah WKWK
Di pagi yang dingin (tapi gak sedingin Dieng, Kopeng, Bandung sih perasaan aku, padahal lokasinya udah sedekat itu sama gunung) kami menyusuri jalan dan mengetuk rumah Pak Pemilik Warung dan menumpang disana. FYI, tidak semua punya kamar mandi sendiri disini, guys. Kabarnya, mereka sering menumpang di sekolah untuk keperluan MCK. Terus, untuk ambil air pun jauh banget katanya. Kemarin pas aku disana, untuk keperluan cuci alat masak dan alat makan, kami disuplai beberapa jergen (bahasa sini he he) air. Tapi, karena aku bukan yang kebagian ambil air aku gatau pastinya tempat ambil airnya dimana he he
Tapi, yang kudengar di belakang sekolah ada sumur. Disitu tempat relawan laki-laki mandi, dan mungkin itu juga sumber air yang kita pakai selama di sana. Idk.
Intinya, akses air disana juga nggak mudah, guys.
Sekitar pukul 06.00 WITA, sekolah sudah ramai dengan anak-anak dengan mayoritas pakaian putih merah, diantaranya ada yang berpakaian pramuka. Ada yang memakai sendal jepit, ada yang ga pake alas kaki sama sekali :'
Hanya beberapa siswa tertentu saja yang benar-benar memakai alas kaki.
Sedih akutu lihatnya. Dan bajunya pada lusuh-lusuh. Kancingnya udah gatau tambalan yang keberapa, dan itu terlihat bukan lagi dijahit pakai benang, tetapi seperti kawat atau tali, ya semacam itu. Aku juga lihat beberapa resleting yang udah nggak berfungsi lagi. Sedih sekali rasanya. Padahal di antara mereka ada yang harus menempuh perjalanan sekitar 1 km-an untuk ke sekolah. Salah dua dari mereka ada yang berjualan juga di sekolah. Mereka datang pagi-pagi dan menjajakan "siomay" dengan setoples besar wadah yang dipeluk di sebelah kanan, sehingga posturnya ketika berjalan miring kekiri untuk menyeimbangkan. Kenapa aku tulis "siomay", karena itu penampakannya seperti bakso tusuk yang bukan dari daging, tapi dari aci, lalu dikasi saos sambal ala-ala dan juga kecap.
Udah, itu aja jajanannya.
Setelah sarapan, kami bergegas untuk ke pekarangan sekolah untuk berkenalan sedikit.
Pas bagian aku bicara, aku bilang...
"Assalamualaykum adik-adik, halooo... Nama Kakak Irnanda Mas Putri, bisa dipanggil Kak Uti, Kakak asalnya jauh dari Pulau Sumatra, tepatnya di Lampung. Ada yang tau?"
Kemudian... krik .... krikk... krikk..
Oke next, kalau ada follow up program kayaknya sabi nih dibawain peta Indonesia WKWK
Btw, disana gurunya bisa dihitung jari, alias sekitar 5-6 orang dengan murid 115 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Sebagian dari mereka ada yang masih honorer dan harus menempuh berkilo-kilo setiap hari untuk mengajar di SDN 31 INPRES RATTE PADANG ini :')
Semoga tidak menyurutkan niat Bapak/Ibu guru untuk tetap mendidik mereka ya, Bu, Pak.
Jadi, kemarin aku kebagian ngajar 2 kelas. Kelas pertama gabungan kelas 5 dan 6. Udah happy banget ceritanya, karena tau yang diajar udah gede, mungkin bisa lah dijelasin sedikit-sedikit tentang profesi aku he he
Ternyata.....
Effortnya kudu ekstra ehehe
Oiya, anak-anak disini kebanyakan pendiam dan malu-malu kalau aku lihat. Mostly yang perempuan. Entah karena emang pemalu atau kurang bisa berbahasa Indonesia. Jadi, mereka itu (kata Ibu yang kami tumpangi untuk bersih-bersih) bisa memahami Bahasa Indonesia, tetapi sulit untuk menyampaikannya ke lawan bicara. Dan lagi, kata teman-teman relawan yang asli sini, bahasa percakapan mereka bukan bahasa Mandar (mayoritas suku di Sulawesi Barat), tapi aku juga tetep aja sih gapaham meskipun bahasa Mandar jg WKWK
Next, kalo ikut kelas inspirasi lagi aku harus lebih kreatif dalam menjelaskan ke adik-adik biar mereka beneran kebayang seperti apa profesi itu dsb. Meskipun penyebutannya saja sudah ribet hahaha #Challengeformyself
Teruuus habis acara kita makan siang dulu, pakai sayur bayam dan bakwan, plus ikan sambal yang ditumis pakai minyak mandar. Nyemmmm enaaak
Abis itu kita cusss
Tapi sepanjang jalan pulang aku jadinya naik motor guys hahaha
mungkin karena engap habis makan atau kecapekan, entahlah WKWK
Terus kami singgah di rumah salah satu fasil. Namanya Kak Zain. Di rumah Kak Zain ini kami beristirahat sejenak, sambil minum kelapa muda yang segaaar langsung dipetik dari pohon~
Sebelum melanjutkan perjalanan, beberapa dari kami juga membungkus langsat-langsat yang baru dipanen sebagai oleh-oleh hahaha. Padahal, ada juga durian yang sudah kami bawa dari atas, dari Ratte Padang, dengan harga 5ribu per buah. WOOW
Dan duriannya enaaak lhoo~
Mantap deh, murah dan enaaak
Oiya, sebelum kembali ke Majene kota, kami menyempatkan mampir di Mangrove Rewata'a di Kecamatan Pamboang. Awalnya sedih karena ditutup, terus tiba-tiba udah terbuka aja sebelum kami pergi. Jadilah kami mampir dan cekrek-cekrek disana. Dan inilah sebagian hasilnya~
Semoga kegiatan bermanfaat ini tidak berhenti sampai di sini. Begitupun dengan semangat para relawan. Seperti yel-yel tim 5, Semangka-semangka-semangka! Semangat Kakak! Ting! *wink*
" Karena matahari terbit dari timur, maka bangunlah Indonesia dari timur"
Sebuah kalimat yang simpel, tapi bermakna bagi aku pribadi. Why?
Ya, sesimpel, karena aku mau bantu pembangunan Indonesia Timur-lah, aku ada disini. Terlepas dari SPID (Surat Perjanjian Ikatan Dinas) dan SK (Surat Keputusan) yang udah jadi perantara takdirku mencari nafkah di Tanah Mandar ini, untuk saat ini.
Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu Hari Inspirasi, 9 Februari 2019. Kami bangun pagi dengan keadaan yang alhamdulillah tetap nyaman meskipun menginap di sekolah, beralaskan selembar karpet (hasil hibah dari tim laki-laki yang sebagian memilih untuk tidur di tenda he he). Bangun sebelum subuh dan cusss ke rumah warga hehe. Sebenernya, agak horor juga sih keluar jam segitu, secara mash gelap gulita, dan kami cuma bawa HP buat senter. Gonggongan anjing everywhere, pokoknya insecure lah WKWK
Di pagi yang dingin (tapi gak sedingin Dieng, Kopeng, Bandung sih perasaan aku, padahal lokasinya udah sedekat itu sama gunung) kami menyusuri jalan dan mengetuk rumah Pak Pemilik Warung dan menumpang disana. FYI, tidak semua punya kamar mandi sendiri disini, guys. Kabarnya, mereka sering menumpang di sekolah untuk keperluan MCK. Terus, untuk ambil air pun jauh banget katanya. Kemarin pas aku disana, untuk keperluan cuci alat masak dan alat makan, kami disuplai beberapa jergen (bahasa sini he he) air. Tapi, karena aku bukan yang kebagian ambil air aku gatau pastinya tempat ambil airnya dimana he he
Tapi, yang kudengar di belakang sekolah ada sumur. Disitu tempat relawan laki-laki mandi, dan mungkin itu juga sumber air yang kita pakai selama di sana. Idk.
Intinya, akses air disana juga nggak mudah, guys.
Sekitar pukul 06.00 WITA, sekolah sudah ramai dengan anak-anak dengan mayoritas pakaian putih merah, diantaranya ada yang berpakaian pramuka. Ada yang memakai sendal jepit, ada yang ga pake alas kaki sama sekali :'
Sebagian masih ada yang bertelanjang kaki :" |
Happy to see their smile! |
Hanya beberapa siswa tertentu saja yang benar-benar memakai alas kaki.
Sedih akutu lihatnya. Dan bajunya pada lusuh-lusuh. Kancingnya udah gatau tambalan yang keberapa, dan itu terlihat bukan lagi dijahit pakai benang, tetapi seperti kawat atau tali, ya semacam itu. Aku juga lihat beberapa resleting yang udah nggak berfungsi lagi. Sedih sekali rasanya. Padahal di antara mereka ada yang harus menempuh perjalanan sekitar 1 km-an untuk ke sekolah. Salah dua dari mereka ada yang berjualan juga di sekolah. Mereka datang pagi-pagi dan menjajakan "siomay" dengan setoples besar wadah yang dipeluk di sebelah kanan, sehingga posturnya ketika berjalan miring kekiri untuk menyeimbangkan. Kenapa aku tulis "siomay", karena itu penampakannya seperti bakso tusuk yang bukan dari daging, tapi dari aci, lalu dikasi saos sambal ala-ala dan juga kecap.
Udah, itu aja jajanannya.
Setelah sarapan, kami bergegas untuk ke pekarangan sekolah untuk berkenalan sedikit.
Pas bagian aku bicara, aku bilang...
"Assalamualaykum adik-adik, halooo... Nama Kakak Irnanda Mas Putri, bisa dipanggil Kak Uti, Kakak asalnya jauh dari Pulau Sumatra, tepatnya di Lampung. Ada yang tau?"
Kemudian... krik .... krikk... krikk..
Oke next, kalau ada follow up program kayaknya sabi nih dibawain peta Indonesia WKWK
Btw, disana gurunya bisa dihitung jari, alias sekitar 5-6 orang dengan murid 115 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Sebagian dari mereka ada yang masih honorer dan harus menempuh berkilo-kilo setiap hari untuk mengajar di SDN 31 INPRES RATTE PADANG ini :')
Semoga tidak menyurutkan niat Bapak/Ibu guru untuk tetap mendidik mereka ya, Bu, Pak.
Suasana mengajar di kelas |
Ternyata.....
Effortnya kudu ekstra ehehe
Oiya, anak-anak disini kebanyakan pendiam dan malu-malu kalau aku lihat. Mostly yang perempuan. Entah karena emang pemalu atau kurang bisa berbahasa Indonesia. Jadi, mereka itu (kata Ibu yang kami tumpangi untuk bersih-bersih) bisa memahami Bahasa Indonesia, tetapi sulit untuk menyampaikannya ke lawan bicara. Dan lagi, kata teman-teman relawan yang asli sini, bahasa percakapan mereka bukan bahasa Mandar (mayoritas suku di Sulawesi Barat), tapi aku juga tetep aja sih gapaham meskipun bahasa Mandar jg WKWK
Next, kalo ikut kelas inspirasi lagi aku harus lebih kreatif dalam menjelaskan ke adik-adik biar mereka beneran kebayang seperti apa profesi itu dsb. Meskipun penyebutannya saja sudah ribet hahaha #Challengeformyself
Sesi foto afterevent - Kak Rubi dari Makassar dan adik-adik |
Maunya foto, tapi adik-adik pada salim. How sweet! |
Sebelum ini dijepret, pada rusuh minta di depan semua. Terus aku ikutan bilang "Mitoko." yang artinya duduk. Supaya pada duduk hahaha |
Abis itu kita cusss
Tapi sepanjang jalan pulang aku jadinya naik motor guys hahaha
mungkin karena engap habis makan atau kecapekan, entahlah WKWK
Terus kami singgah di rumah salah satu fasil. Namanya Kak Zain. Di rumah Kak Zain ini kami beristirahat sejenak, sambil minum kelapa muda yang segaaar langsung dipetik dari pohon~
Kak Ilham - Kak Dwi - Kak Zain- Kak Kina- Kak Yuuka |
Sebelum melanjutkan perjalanan, beberapa dari kami juga membungkus langsat-langsat yang baru dipanen sebagai oleh-oleh hahaha. Padahal, ada juga durian yang sudah kami bawa dari atas, dari Ratte Padang, dengan harga 5ribu per buah. WOOW
Dan duriannya enaaak lhoo~
Mantap deh, murah dan enaaak
Oiya, sebelum kembali ke Majene kota, kami menyempatkan mampir di Mangrove Rewata'a di Kecamatan Pamboang. Awalnya sedih karena ditutup, terus tiba-tiba udah terbuka aja sebelum kami pergi. Jadilah kami mampir dan cekrek-cekrek disana. Dan inilah sebagian hasilnya~
Tim 5 minus Kak Dwi dan Kak Anshari |
Salam Inspirasi dari Tim 5 |
Semoga kegiatan bermanfaat ini tidak berhenti sampai di sini. Begitupun dengan semangat para relawan. Seperti yel-yel tim 5, Semangka-semangka-semangka! Semangat Kakak! Ting! *wink*