Gaya Hidup Jaman Now

09.35

Tulisan ini dibuat ketika menunggu Bus Damri melenggang dari Stasiun Gambir menuju sebuah kota kecil tempat kumerajut mimpi dan berangan semasa kecil. Jam digital di ujung sebelah kiri telepon genggamku telah menunjukkan pukul 20.12 WIB.

Alhamdulillah tidak tertinggal keberangkatan yang satu ini. Hari Minggu lalu, aku memang sudah memesan tiket pulang ke Metro untuk tanggal 22. Alhamdulillah masih bisa mengurus 'cuti' dua hari lebih awal. Lumayan bisa bertatap muka dengan keluarga setelah pergolakan batin luar biasa jelang pemilihan tempat mengabdi kelak.


Well, hari ini tidak seperti biasa pukul 17.15 aku sudah tiba di kosan. Biasanya jam segitu kami (anak magang humas BPS) malah baru naik transjakarta. Bukan lembur sih, tapi biasanya kami baru mendapat quality time untuk mengobrol bersama pimpinan dan mas-mbak humas di luar jam-jam kantor yang biasanya lebih senggang ketika waktu telah menunjukkan pukul empat sore lebih beberapa menit.

Hari ini, aku hendak bertolak ke kampung halaman. Sengaja aku bergegas lebih dahulu dan meminta izin untuk pulang mendahului teman-teman yang lain. Sudah ada di benakku, bahwa paket untuk kakakku akan datang hari ini di kosanku. Dia suka sekali berbelanja online. Namun, ongkos kirim ke daerah dari Jakarta memanglah tak murah. Apalagi hanya menuju kota kecil nun (agak) jauh disana. Hmm
Apalagi kalau dari daerah ke daerah ya. Bisa kubayangkan bagaimana mahalnya. Maka tak jarang onlineshop di Jakarta sangatlah pesat perkembangannya. Pasalnya, sangat mudah menarik minat pelanggan untuk berbelanja. Ongkir dari Jakarta dan daerah sekitarnya menuju ibukota provinsi di Indonesia masih relatif masuk akal (bukan terjangkau lho ya, tergantung daerahnya). Beberapa orang di daerah bahkan memilih sarana Pos Indonesia untuk mengirimkan paketnya karena biayanya yang relatif murah.

Tetapi sayang, setibanya aku di kosan tidak kudapati paket yang kuinginkan. Padahal biasanya hanya sehari saja, paket dari Bogor ke Jakarta sudah sampai. Hanya ada satu paket hasil kiriman onlineshop yang lain. Hehe. Begitulah, kini beragam kemudahan ditawarkan oleh teknologi. Kita mutlak tidak dapat menolaknya mentah-mentah. Berbagai diskon, promosi, dan hadirnya ragam aplikasi untuk menjajakan barang tersebut hadir setiap hari berlalu lalang di media sosial kita. Tak jarang, beberapa portal berbelanja online bahkan kerap memasang iklan di televisi guna merambah target penonton televisi untuk turut berpromosi. Tak asing pula baliho di jalan kini marak berisi ragam promosi portal belanja online yang kian membabi buta. Akhir Desember ini, para pelaku bisnis e-commerce memanfaatkannya HARBOLNAS (Hari Belanja Online Nasional) untuk mengajak para konsumen berbelanja di portal masing-masing. Lagi-lagi, diskon, promosi, dan berbagai cara ditempuh hingga para konsumen tak berkutik lagi dan kalap berbelanja.


Kini waktu menunjukkan pukul 20.32 WIB. Bus yang kini kutumpangi sedang berusaha menerobos kerumunan kendaraan roda empat di tengah Ibukota. Terlihat dari tempatku duduk, lampu-lampu merah di bagian bawah mobil menyala-nyala. Pertanda bahwa arus perjalanan tak selancar biasanya. Selama empat tahun mengenyam pendidikan di Ibukota, pemandangan serupa biasa kutemui saat jelang libur panjang atau libur longweekend. Selebihnya, alhamdulillah lancar.

Memasuki akhir Desember memang menggiurkan untuk pergi berlibur. Terlebih, ada dua longweekend yang bisa dimanfaatkan. Bagi yang nekad, longwekeend ini justru bisa digabung menjadi looooongweekend! Menurut jadwal, seharusnya longweekend baru dimulai pada tanggal 22 besok, karena masih ada dua hari kerja tersisa yaitu hari esok dan lusa. Tetapi Stasiun Gambir tidak bisa berbohong, padat dan hiruk pikuk keadaannya menunjukkan bahwa masa liburan telah ada di depan mata.


Pergeseran pola konsumsi masyarakat yang kini cenderung mengarah pada barang-barang "experience-based" daripada "good-based" terlihat jelas dari peningkatan pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi serta sektor hotel dan restoran beberapa tahun terakhir. Bahkan pertumbuhan kedua sektor ini adalah yang tertinggi pada Triwulan ketiga (Juli-September) 2017. Pertumbuhan kedua sektor ini mengalahkan pertumbuhan sektor-sektor kebutuhan primer: makanan, minuman selain restoran; pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya, perabotan dan perlengkapan rumah tangga serta kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan PDB ADHK tahun 2015 dan 2016 pun juga menunjukkan tren serupa. Ketika pertumbuhan pengeluaran masyarakat untuk konsumsi akan barang-barang "experience-based" meningkat, konsumsi barang "goods-based" akan berkurang. Hal ini lantaran adanya alokasi dikorbankan lebih untuk memenuhi kebutuhan "experience-based" tersebut. Well, perubahan gaya hidup ini sadar atau tidak juga telah menjamah banyak rumah tangga di negeri ini. Kini, tantangan para orang tua tidak hanya akan baju baru atau sepatu baru untuk anak-anaknya. Tetapi, juga soal gadget terkini yang juga diperhitungkan untuk menangkap setiap momen ketika sedang mengonsumsi barang-barang yang lebih menekankan pada aspek pengalaman yang didapat daripada kepemilikan akan barang tersebut. Media sosial sudah pasti jadi ranah mereka berbagi. Padahal, media sosial merupakan ladang cemburu dunia yang terpampang nyata. Betapa tidak? Tiap harinya kita dipertontonkan kehidupan orang per orang. Membandingkan kehidupan kita dengan orang lain tentu bukanlah hal yang bijak karena bukan apple to apple.

Apakah benar yang ingin dicapai oleh masyarakat adalah pengalaman itu sendiri? Ataukah hanya eksistensi? Semuanya tergantung niat masing-masing. Tetapi jelas, ini tantangan bagi para orangtua di masa kini dan mungkin akan lebih berat di masa depan ketika kelak sang anak akan melihat kehidupan teman-temannya tanpa harus mereka bercerita. Hanya dengan mengakses media sosialnya saja. Padahal media sosial bisa saja diatur sedemikian rupa :")

Lalu, derasnya paparan gaya hidup jaman now yang sudah dianggap sebagai "kebutuhan hidup" menuntut para orang tua jaman now dan jaman yang akan datang bisa lebih bijak dalam mendidik anak agar tidak terjerumus pada tren dan gaya hidup semata. Karena apa? Dunia ini sementara bukan? Bekal apa yang hendak ditanamkan pada mereka kalau hanya memenuhi kebutuhan gaya hidup semata.

You Might Also Like

0 komentar

Entri Populer

Instagram Images

Entri Populer

Subscribe